Oleh-oleh dari Negeri Tirai Bambu: Zhurou? Meiyou!

Makan dan Toilet

Yap, bahasan berikutnya adalah tentang ketiga hal yang selalu menjadi pikiran saya setiap hari: makan, toilet, dan shalat. Setiba di bandara Beijing, pikiran dan hati saya sudah harus disetting pada posisi waspada terhadap makanan.  Kalau di Indonesia kita bisa santai: semua makanan insya Allah halal, kecuali yang telah diketahui keharamannya karena mayoritas masyarakat Indonesia muslim dan mengerti mana yang halal dan haram, tapi disini dibalik: semua makanan bisa jadi haram, kecuali yang sudah dipastikan kehalalannya. Subhanallah, inilah ujian sebenarnya.  Bagaimana tidak, seluruh daging yang dijual, kita menduga kuat bahwa penyembelihannya tidak dengan membaca bismillah. Makanan yang ditumis, digoreng, yang mengandung minyak, kita harus memastikan bahwa mereka tidak memakai minyak babi atau alat masak yang dipakai tidak digunakan untuk memasak yang haram.

Bagi saya, inilah ujian sebenarnya. Karena saya yakin, ujian terberat bagi seorang muslim ketika di luar negeri bukan pada makanan yang haram, justru pada makanan yang syubhat. Karena makanan yang haram, jelas keharamannya dan sebelumnya belum pernah sama sekali memakannya. Sementara makanan syubhat, secara fisik sama dengan yang halal, tapi kita tidak tahu apakah itu jelas halal atau haram. Dan disini lah iman kita diuji. Bila kita ditawari daging babi (zhurou) tentu dengan mudah kita katakan: mei you! tidak! Tapi bila di depan kita dihidangkan makanan semisal daging ayam, sapi, kambing, ternyata tidak semua orang mampu melewati ujian ini.  Bukan, bukan karena mereka tidak tau. Tapi di sini lah fungsi iman bekerja.  Dan di inilah yang menjadi salah satu barometer seorang muslim lulus ujian atau tidak.
Continue reading